Ketika Istana Bersolek

KOMPAS/CRISTOPHORUS WAHYU HARYO P Sejumlah pekerja, Jumat (5/8/2011), tengah mempersiapkan tenda untuk jamuan kenegaraan pada HUT ke-66 Kemerdekaan RI di Istana Kepresidenan Jakarta.

Oleh FX Lilik Dwi Mardjianto

Kompleks Istana Kepresidenan di Jakarta, akhir-akhir ini, tampak ramai, baik karena berbagai kegiatan menteri maupun menghadapi peringatan kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 2011.

Para menteri sering datang ke Istana untuk berbagai kepentingan mendesak, antara lain persiapan "penyambutan dan pengawalan" tersangka Muhammad Nazaruddin yang tertangkap di Kolombia dan persiapan pidato kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Gedung MPR/DPR/DPD.

Keramaian lain yang juga menarik perhatian adalah banyaknya pekerja yang sibuk mempercantik Istana. Mereka diberi tugas untuk memperindah pusat pemerintahan itu menyambut peringatan kemerdekaan RI.

Kompleks Istana Kepresidenan terdiri atas sejumlah bagian. Bagian luar Istana menjadi satu dengan kompleks Sekretariat Negara.

Sementara di bagian dalam Istana terdapat lapangan rumput seluas hampir setengah lapangan sepak bola. Lapangan itu dikelilingi beberapa bangunan, yaitu Istana Merdeka yang berseberangan dengan Istana Negara, kemudian Kantor Presiden yang berseberangan dengan Wisma Negara.

Bagian dalam Istana ini asri, indah, dan sejuk. Lapangan rumput hijau itu berhiaskan sejumlah patung dan bunga. Sementara itu, pohon-pohon tinggi besar berdiri di sekelilingnya, sekalgius memayungi bangunan-bangunan dari sinar matahari yang terik.

Persiapan menyambut kemerdekaan dilakukan mulai dari luar kompleks Istana. Sejumlah pekerja memasang ratusan bendera yang dikaitkan pada tiang. Tiang-tiang bendera itu kemudian ditanam mengelilingi pagar Istana.

Pohon-pohon di taman luar Istana juga tidak luput dari sentuhan. Rangkaian lampu hias melingkar di batang pohon-pohon itu. Daun-daun kering dipangkas habis.

Kesibukan semakin menjadi di dalam kompleks Istana. Sejumlah orang mengecat ulang tembok dan pilar-pilar meski warnanya belum pudar.

Dan, tentu saja bunga-bunga penghias ruangan. Pengunjung tidak akan pernah melihat bunga layu di dalam Istana. Tidak perlu menunggu peringatan kemerdekaan, sejumlah pekerja selalu mengganti bunga hias itu secara rutin. Puluhan bunga yang sudah ditanam di dalam pot diangkut menggunakan troli, kemudian ditempatkan di posisi yang sudah ditetapkan.

Perubahan mencolok terjadi di lapangan rumput di dalam Istana. Hamparan rumput hijau yang jarang diinjak itu mendadak harus menahan beban ratusan rangkaian tiang besi dan tumpukan kayu. Sejumlah pekerja merangkai besi dan kayu itu menjadi tenda dan panggung berukuran besar.

Separuh lapangan rumput itu tertutup material padat pembuat panggung dan tenda. Rencananya, tenda setinggi sekitar 15 meter itu akan digunakan sebagai tempat jamuan makan malam kenegaraan setelah upacara penurunan bendera.

Bintang jasa

Selain pekerjaan fisik yang melibatkan sejumlah pekerja kasar, persiapan peringatan kemerdekaan Indonesia juga dilakukan oleh para elite Istana.

Salah satu kegiatan rutin menjelang peringatan kemerdekaan adalah pemberian bintang tanda jasa, kehormatan, dan gelar kepada orang-orang yang dinilai berjasa bagi negara.

Berdasarkan informasi, salah satu penerima tanda jasa adalah Ani Yudhoyono, istri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Hal itu dibenarkan oleh Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha.

Sementara itu, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto yang juga Ketua Dewan Bintang Tanda Jasa, Kehormatan, dan Gelar menyatakan, pemberian tanda jasa kepada istri atau suami mantan presiden dan wakil presiden didasarkan oleh penghargaan negara atas pengabdian dan kegiatan sosial yang mereka lakukan selama mendampingi pasangan.

Djoko mengatakan, penghargaan tersebut juga diberikan karena jasa mereka yang luar biasa bagi keutuhan dan kejayaan bangsa dan negara serta darma bakti mereka yang diakui secara luas, baik nasional maupun internasional, sesuai yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Kehormatan.

"Suami atau istri presiden pasti sangat banyak kegiatan sosialnya, sama halnya dengan para suami atau istri mantan wakil presiden," kata Djoko.

Benar saja, pada upacara penganugerahan bintang tanda jasa di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (12/8/2011) pukul 15.00, Presiden Yudhoyono menyematkan Bintang Republik Indonesia Adipradana kepada istrinya, Kristiani Herawati Yudhoyono yang lebih sering disapa dengan Ani Yudhoyono.

Bintang jasa itu diberikan atas jasa Ani mendampingi Presiden Yudhoyono sejak masa bakti pertama periode 2004-2009 hingga sekarang.

Penerima Bintang Republik Indonesia Adiprana lain adalah istri mantan Presiden Abdurrahman Wahid, Sinta Nuriyah; suami mantan Presiden Megawati Seokarnoputri, Taufiq Kiemas; serta Yang Dipertuan Agung Malaysia Tuanku Mizan Zainal Abidin.

Logo

Panitia Negara Perayaan Hari-hari Nasional dan Penerimaan Kepala Negara/Pemerintah Asing/Pimpinan Organisasi Internasional juga tidak kalah sibuk.

Pada suatu hari, beberapa wartawan menerima surat yang ditandatangani oleh seorang bernama Suprapto selaku Deputi Kepala Sekretariat Presiden Bidang Protokol, Pers, dan Media sekaligus sebagai Ketua I Bidang Kerumahtanggaan, Keprotokolan, Pers, dan Media Peringatan HUT Ke-66 RI 2011.

Surat dengan nomor belakang .../PANPEL/07/2011 itu mencantumkan tema peringatan kemerdekaan RI pada 2011, yaitu "Dengan Semangat Proklamasi 17 Agustus 1945, Kita Tingkatkan Kesadaran Hidup dalam Kebhinnekaan untuk Kokohkan Persatuan NKRI, Kita Sukseskan Kepemimpinan Indonesia dalam Forum ASEAN untuk Kokohkan Solidaritas ASEAN".

Perihal, surat itu cukup jelas, yaitu permintaan kepada media massa untuk menyebarluaskan tema dan logo peringatan HUT ke-66 RI.

Sejumlah pejabat mendapat tembusan surat itu, yaitu Menteri Sekretaris Negara selaku Ketua Panitia Negara Perayaan Hari-hari Nasional dan Penerimaan Kepala Negara/Pemerintah Asing/Pimpinan Organisasi Internasional; Kepala Sekretariat Presiden selaku Ketua Pelaksana; Sekretaris Kementerian Sekretaris Negara selaku Sekretaris Panitia; Deputi Kepala Sekretariat Presiden Bidang Administrasi dan Pengelolaan Istana selaku Ketua Subbidang Kerumahtanggaan, Dana, dan Sponsor; serta Komandan Paspampres.

Surat itu dilampiri logo peringatan HUT ke-66 RI. Logo itu berlatar belakang putih. Figur angka 66 berwarna merah tercetak di atas latar belakang itu.

Di samping kanan atas angka 66 ada tujuh gambar bendera Merah Putih yang berkibar. Ketujuh bendera itu disusun dari atas ke bawah. Tulisan "Kemerdekaan Republik Indonesia" tercetak melengkung di bawah angka 66 dan tujuh bendera Merah Putih.

Hal yang menarik perhatian saat itu adalah deretan tujuh bendera dalam logo tersebut. Hal itu menjadi menarik karena tidak ada satu pun kombinasi angka dalam peringatan kemerdekaan tahun 2011 yang menyerempet angka tujuh.

Penelusuran kemudian melayang jauh ke belakang. Paling tidak logo peringatan kemerdekaan Indonesia tidak banyak berubah sejak 2005.

Pada Agustus 2005, atau hampir satu tahun pemerintahan Presiden Yudhoyono, panitia peringatan kemerdekaan menyiapkan sebuah logo berupa angka 60 dengan satu bendera merah putih di sisi kanannya.

Setiap tahun berikutnya, terjadi penambahan jumlah bendera, seiring dan selaras dengan penambahan usia pemerintahan Presiden Yudhoyono.

Sayangnya, surat dari panitia peringatan kemerdekaan tidak memuat penjelasan tentang makna logo tersebut.

Jika penelusuran pola perubahan logo beberapa tahun lalu itu benar, paling tidak logo peringatan kemerdekaan tiga tahun ke depan tidak akan banyak berubah, hanya angka dan jumlah bendera yang bertambah, disesuaikan dengan usia pemerintahan SBY.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 comments:

Post a Comment